Header Ads

Header ADS

RATIB AL ATHOS



Ratib Al-Athas: Warisan Dzikir Habib Umar bin Abdurrahman Al-Atthas yang Tak Pernah Padam

NUR AULIA - Dzikir bukan sekadar lantunan doa. Ia adalah jembatan batin yang menghubungkan manusia dengan Tuhannya, peneguh jiwa di tengah gelombang kehidupan. Di antara amalan wirid yang diwariskan para ulama besar, Ratib Al-Athas menjadi salah satu yang paling masyhur di kalangan umat Islam, khususnya di Nusantara.

Disusun oleh seorang wali agung dari Hadramaut, Al-Habib ‘Umar bin Abdurrahman Al-Atthas, ratib ini menjadi amalan rutin yang dipercaya memiliki keberkahan besar. Dari doa memohon kelapangan rezeki, ketenangan hati, hingga harapan husnul khatimah, Ratib Al-Athas senantiasa menjadi wasilah doa jutaan umat Muslim sejak abad ke-10 Hijriah hingga kini.


Jejak Sejarah Ratib Al-Athas

Habib ‘Umar bin Abdurrahman Al-Atthas lahir pada tahun 992 H (1584 M) di Hadramaut, Yaman. Beliau berasal dari keluarga Bani ‘Alawi yang dikenal melahirkan banyak ulama dan wali besar. Dibesarkan dalam suasana penuh ilmu dan spiritualitas, Habib Umar tumbuh menjadi seorang alim, zuhud, dan berwibawa.

Beliau mendapat julukan Qutb al-Anfas (kutub para nafas) karena dzikir dan doanya yang menghidupkan hati. Ratib yang beliau susun tidak hanya sekadar rangkaian bacaan, tetapi sebuah manhaj (metode spiritual) yang menuntun seorang Muslim agar senantiasa dalam perlindungan Allah ﷻ.

Ratib ini kemudian tersebar luas melalui para murid, habaib, dan ulama yang membawanya hingga ke Asia Tenggara. Hingga kini, Ratib Al-Athas masih diamalkan di masjid-masjid, majelis-majelis taklim, hingga rumah-rumah kaum Muslimin di Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Brunei.


Keutamaan Ratib Al-Athas

Banyak riwayat yang menegaskan keistimewaan Ratib Al-Athas. Di antara kisah yang termaktub dalam kitab Al-Qithas Syarh Ratib al-Athas adalah penuturan Sayyid al-Imam ‘Isa bin Muhammad al-Habsyi:
قال السيد الإمام عیسی بن محمد الحبشي إنه قد ورد عن سيدنا عمر المذكور نفع الله به كلام كثير في فضائل هذا الراتب قال وأتى إليه أناس يشكون الجدب وضيق المعاش فأمرهم بقراءته ثم التوحيد المعروف بعده ففعلوا ففرج الله عنهم ببركته. وقال السيد المذكور أخبرني الثقة عن الشيخ علي بن عبد الله بارأس تلميذ سيدنا عمر أنه رأى كتابا فيه أن من واظب على قراءة هذا الراتب المذكور يرجی أن تغفر ذنوبه .

Artinya:
“Sayyid al-Imam ‘Isa bin Muhammad al-Habsyi berkata: ‘Diriwayatkan dari Tuanku Umar al-Atthas tentang banyaknya keutamaan Ratib ini. Pernah suatu ketika datang orang-orang yang mengeluhkan kesulitan hidup, lalu beliau memerintahkan mereka membaca Ratib ini disertai bacaan tauhid. Mereka pun melakukannya, hingga Allah memberikan kelapangan hidup kepada mereka berkat keberkahannya. Bahkan disebutkan, barang siapa yang rutin membaca Ratib Al-Athas, maka besar harapan dosa-dosanya diampuni oleh Allah ﷻ.’”


Dari penjelasan ini, jelas bahwa Ratib Al-Athas bukan sekadar bacaan ritual, tetapi juga memiliki kekuatan spiritual sebagai penolak bala, pengundang rezeki, dan penghapus dosa.


Struktur Bacaan Ratib Al-Athas

Ratib Al-Athas tersusun dari ayat-ayat Al-Qur’an, doa perlindungan, bacaan tauhid, shalawat, dan istighfar. Penyusunannya teratur sehingga menjadi wirid lengkap yang mencakup dzikir kepada Allah, doa perlindungan diri, permohonan ampunan, dan doa keselamatan dunia-akhirat.

Beberapa bagian utama dari Ratib ini antara lain:

1. Al-Fatihah untuk Nabi Muhammad ﷺ, para sahabat, serta para ulama dan auliya.
2. Ayat-ayat perlindungan, seperti:
  • لَوْ أَنْزَلْنَا هَذَا الْقُرْآنَ عَلَى جَبَلٍ...
  • هُوَ اللهُ الَّذِي لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ...
3. Dzikir perlindungan, misalnya:
  • أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّاتِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ
  • بِسْمِ اللهِ الَّذِي لاَ يَضُرُّ مَعَ اسْمِهِ شَيْءٌ


4. Shalawat Nabi
, sebagai penghubung doa umat dengan Rasulullah ﷺ.

5. Dzikir tauhid, لَا إِلَهَ إِلَّا الله dibaca berulang kali sebagai inti dari seluruh wirid.

6. Doa penutup, permohonan husnul khatimah, ampunan, dan keberkahan bagi seluruh kaum Muslimin.


Dalam tradisi, Ratib Al-Athas biasanya dibaca bersama-sama di masjid atau majelis. Bacaan aslinya dalam bahasa Arab tetap dipertahankan, namun banyak pula diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan arti untuk memudahkan pengamalnya.

📖 Teks Arab:
اَعُوْذُ بِكَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّاتِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ ...

📖 Latin:
A’udzu bikalimatillahit-tammati min syarri ma khalaq...

📖 Terjemah:
“Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari segala keburukan makhluk-Nya...”

Keseluruhan bacaan ini panjang dan sarat makna, meliputi doa perlindungan, tasbih, takbir, tahlil, hingga doa keselamatan.


Relevansi Ratib Al-Athas di Era Modern

Di tengah hiruk-pikuk dunia modern, Ratib Al-Athas tetap relevan sebagai sumber ketenangan spiritual. Banyak jamaah yang mengamalkannya setiap malam Jumat atau pada saat menghadapi kesulitan hidup.

Beberapa ulama juga menekankan, amalan ini tidak hanya bermanfaat secara spiritual, tetapi juga menumbuhkan kebersamaan. Membaca Ratib berjamaah melatih hati untuk tunduk kepada Allah sekaligus mempererat ukhuwah di tengah masyarakat.


Ratib Al-Athas adalah mutiara spiritual warisan Habib Umar bin Abdurrahman Al-Atthas. Lebih dari sekadar rangkaian bacaan, ia adalah jalan menuju ketenangan, keberkahan, dan perlindungan Ilahi.

Amalan ini telah bertahan berabad-abad, menyeberangi lautan dari Hadramaut hingga Nusantara, menjadi penopang iman bagi jutaan Muslim. Bagi yang mengamalkannya dengan ikhlas, Ratib Al-Athas bukan hanya doa, tetapi juga cermin cinta kepada Allah dan Rasul-Nya ﷺ.

(as)

#RatibAlAthas #DzikirHarian #HabibUmarAlAtthas #WiridNusantara #DoaPerlindungan #AmalanHabaib #DzikirKeberkahan

Diberdayakan oleh Blogger.