Keampuhan dan Kemuliaan Surat Al Fatihah
NUR AULIA - Dalam khazanah Islam, Surat Al-Fatihah menempati kedudukan yang tak tergantikan. Hampir setiap muslim, dari anak-anak hingga orang tua, telah hafal di luar kepala. Surat pendek ini wajib dibaca dalam setiap rakaat shalat, sehingga minimal seorang muslim yang taat membacanya 17 kali sehari. Namun, di balik pengulangan itu, tersimpan keagungan dan kemuliaan yang luar biasa.
Al-Fatihah bukan sekadar pembuka mushaf, melainkan juga pembuka hati, jalan doa, serta penawar jiwa. Tak heran jika Rasulullah ﷺ menyebutnya sebagai surat paling agung dalam Al-Qur’an.
Al-Fatihah, Surat Paling Mulia Dalam sebuah riwayat sahih (HR. Bukhari no. 5006), Rasulullah ﷺ pernah berkata kepada Abu Sa’id bin Al-Mu’alla:
Maukah aku ajarkan kepadamu surat yang paling agung dalam Al-Qur’an sebelum engkau keluar masjid?
Kemudian beliau menjelaskan bahwa surat tersebut adalah “Alhamdulillahi Rabbil ‘Alamin”, yaitu Al-Fatihah. Beliau menegaskan:
Ia adalah As-Sab’ul Matsani (tujuh ayat yang diulang-ulang) dan Al-Qur’anul Azhim yang diberikan kepadaku.
Pernyataan ini meneguhkan bahwa Al-Fatihah bukan sekadar rangkaian doa, melainkan intisari dari seluruh kandungan Al-Qur’an.
Mengapa Disebut Ummul Qur’an? Al-Fatihah juga dikenal dengan julukan Ummul Qur’an - induk dari Al-Qur’an. Sebagaimana seorang anak kembali kepada ibunya, demikian pula seluruh kandungan Al-Qur’an kembali kepada makna-makna yang terkandung dalam surat ini.
Hadits riwayat Muslim (no. 395) menegaskan betapa pentingnya Al-Fatihah dalam shalat. Rasulullah ﷺ bersabda:
Barangsiapa shalat tetapi tidak membaca Ummul Qur’an (Al-Fatihah), maka shalatnya kurang sempurna.
Bahkan Allah Ta’ala menjelaskan bahwa bacaan Al-Fatihah dalam shalat adalah dialog langsung antara hamba dengan Tuhannya. Setiap ayat yang dibaca mendapat jawaban dari Allah. Saat seorang hamba berkata “Alhamdulillahi Rabbil ‘Alamin”, Allah menjawab: “Hamba-Ku memuji-Ku.” Dan seterusnya hingga akhir surat.
Ini menunjukkan, membaca Al-Fatihah bukan sekadar ritual, melainkan komunikasi spiritual yang menghubungkan manusia dengan Sang Pencipta.
Wajib dalam Shalat Kedudukan Al-Fatihah sebagai rukun shalat ditegaskan dalam hadits sahih:
Tidak sah shalat seseorang yang tidak membaca Fatihatul Kitab (Al-Fatihah). (HR. Bukhari no. 756 dan Muslim no. 394).
Artinya, shalat tanpa Al-Fatihah bagaikan tubuh tanpa ruh. Ia menjadi syarat sah yang tidak bisa ditawar.
Al-Fatihah sebagai Obat dan Ruqyah Selain keutamaannya dalam ibadah, Al-Fatihah juga dikenal sebagai penyembuh. Banyak riwayat menyebutkan surat ini dipakai sebagai bacaan ruqyah syar’iyyah.
Kisah masyhur diriwayatkan oleh Abu Sa’id Al-Khudri (HR. Bukhari no. 5736 dan Muslim no. 2201). Dalam suatu perjalanan, sekelompok sahabat meruqyah kepala suku yang tersengat binatang berbisa dengan membaca Al-Fatihah. Dengan izin Allah, ia sembuh seketika. Rasulullah ﷺ pun tersenyum mendengar kisah itu dan bersabda:
Bagaimana engkau tahu bahwa Al-Fatihah adalah ruqyah?
Sejak itu, Al-Fatihah dikenal sebagai bacaan penyembuh - bukan hanya bagi penyakit jasmani, tetapi juga penyakit hati dan kegelisahan jiwa.
Dimensi Spiritual dan Filosofis Al-Fatihah Para ulama tafsir menekankan bahwa Al-Fatihah adalah peta besar kehidupan.
- Ayat pertama mengajarkan syukur (Alhamdulillahi Rabbil ‘Alamin).
- Ayat kedua menanamkan optimisme pada kasih sayang Allah (Ar-Rahmanir Rahim).
- Ayat ketiga mengingatkan tentang hisab dan tanggung jawab akhirat (Maliki yaumiddin).
- Ayat keempat menegaskan konsep tauhid ibadah dan tawakkal (Iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in).
- Ayat kelima hingga ketujuh adalah inti doa terbesar manusia: permintaan petunjuk menuju jalan lurus.
Dengan demikian, Al-Fatihah bukan sekadar doa harian, melainkan pilar kehidupan islami: mengajarkan iman, ibadah, etika, sekaligus doa untuk istiqamah.
Kesimpulan: Surat yang Tak Pernah Usang Surat Al-Fatihah adalah induk dari Al-Qur’an, kunci shalat, sekaligus obat hati dan jasmani. Tidak ada surat lain yang begitu sering diulang, namun tak pernah kehilangan makna.
Ia adalah mantra suci umat Islam, bukan dalam arti mistis, melainkan doa agung yang menyatukan manusia dengan Rabb-nya. Dari anak kecil yang baru belajar shalat, hingga ulama besar yang mengkaji tafsir mendalam, semua kembali kepada Al-Fatihah.
Dalam setiap helaan nafas ibadah, umat Islam selalu kembali membaca: “Ihdinash shirathal mustaqim” - doa abadi agar hidup tetap berada di jalan yang lurus.
Timeline:
- Mekah, awal kenabian: Al-Fatihah diturunkan.
- Hijrah ke Madinah: menjadi bagian rukun shalat.
- Zaman sahabat: digunakan untuk ruqyah penyembuhan.
- Kini: tetap dibaca miliaran kali setiap hari di seluruh dunia.
(as)
#AlFatihah #UmmulQuran #KeutamaanSurat #IslamicWisdom #Doa #Ruqyah #Shalat
