Apakah Amalan Perlu Ijazah?
Pendahuluan
NUR AULIA - Di era media sosial dan pesantren yang serba terbuka, sering muncul pertanyaan:
“Perlukah ijazah untuk mengamalkan amalan seperti wirid, sholawat, doa?”Ijazah dalam konteks keagamaan biasanya berarti izin atau otorisasi dari seorang guru (ustadz, mursyid, ulama) agar murid mengamalkan suatu zikir, wirid, doa, hizib, ataupun bacaan khusus, dengan cara tertentu. Ijazah ini sering dianggap sebagai jaminan keaslian (authenticity), keamanan spiritual, dan keberkahan.
Namun, tidak sedikit juga yang mengatakan bahwa amalan tertentu, terutama yang bersumber langsung dari Al-Qur’an dan Hadits shahih, dapat diamalkan tanpa ijazah. Akhirnya, muncul pula kekhawatiran tentang penyalahgunaan ijazah atau amalan tanpa sanad yang jelas.
Tulisan ini akan membedah secara mendalam: apakah ijazah memang diperlukan, dalam kasus apa, dengan mana tidak, ditinjau dari syariat, tradisi, dan realitas praktik.
Definisi dan Landasan
- Ijazah (إِجَازَة) secara bahasa berarti izin, pembebasan, atau pengijazahan — memberikan kelonggaran atau wewenang atas suatu hal. Dalam tradisi keilmuan Islam, ijazah berarti wewenang yang diberikan guru kepada murid agar murid boleh meriwayatkan atau mengamalkan suatu ilmu atau bacaan, setelah dipastikan bahwa ia memahami serta mengikuti sanad yang sah.
- Sanad (سَنَد) adalah rantai perawi atau guru–murid yang menyambung sampai kepada sumber pertama, seperti Rasulullah ﷺ. Sanad dalam tradisi hadits, qira’at, tasawuf, wirid, dan ilmu-ilmu agama lainnya sangat dihargai karena menjaga keaslian dan integritas ilmu tersebut.
Argumen yang Mendukung Perlunya Ijazah
1. Menjaga Sanad & Keaslian Amalan
Ijazah membantu memastikan bahwa amalan/wirid yang diamalkan adalah sebagaimana diajarkan oleh guru yang bersanad. Tanpa sanad yang jelas, bisa terjadi penyimpangan makna atau tata cara pelaksanaan. Tradisi keilmuan Islam sejak dulu (as-salaf) menekankan sanad sebagai salah satu pilar keamanan ilmu.
2. Keterbimbingan agar Amalan Dilakukan dengan Baik
Dengan adanya guru atau pembimbing yang memberi ijazah, murid mendapatkan pembelajaran tentang makna, tata cara, wirid yang sesuai, serta waktu dan kondisi yang tepat. Ini mencegah amalan yang asal-asalan atau hanya berdasarkan “viral” di medsos tanpa pemahaman mendalam.
3. Keberkahan dan Kualitas Spiritual
3. Keberkahan dan Kualitas Spiritual
Banyak yang menganggap bahwa ijazah membawa keberkahan—barakah—karena murid melaksanakan amalan yang telah ditransmisikan secara spiritual dan ilmiah dari guru yang saleh. Sanad keilmuan menjadi bagian dari pewarisan spiritual.
4. Etika & Tatakrama dalam Amalan Keagamaan
4. Etika & Tatakrama dalam Amalan Keagamaan
Dalam komunitas tarekat atau pesantren, perasaan hormat, sopan santun, adab terhadap guru, dan ketertiban dalam tradisi sangat dijunjung. Ijazah menjadi salah satu wujud pelaksanaan adab, bukan hanya formalitas.
Argumentasi bahwa Tidak Selalu Perlu Ijazah
Tidak semua ulama atau tradisi mengatakan bahwa setiap amalan memerlukan ijazah. Ada banyak keadaan di mana amalan bisa diamalkan tanpa ijazah. Berikut rinciannya:
1. Amalan dari Sumber Syariah yang Jelas (Al-Qur’an & Hadits Shahih)
Jika suatu doa, zikir, sholawat, wirid, atau bacaan didapati dalam Al-Qur’an atau hadits shahih, dari Nabi Muhammad ﷺ, maka seseorang boleh membacanya dan mengamalkannya langsung tanpa ijazah. Tidak perlu otorisasi tambahan dari seorang guru. Buya Yahya menegaskan hal ini: doa atau sholawat yang shahih bisa diamalkan tanpa ijazah.
2. Amalan yang Sudah Umum & Tidak Memerlukan Keahlian Khusus
Misalnya dzikir seperti Subḥānallāh, Al-ḥamdulillāh, Allāhu akbar, tasbih, tahlil, yang secara umum diketahui masyarakat Islam dan tidak mengandung kerancuan makna.
Amalan yang Disusun oleh Ulama tetapi Tidak Bergantung pada Sanad Khusus
2. Amalan yang Sudah Umum & Tidak Memerlukan Keahlian Khusus
Misalnya dzikir seperti Subḥānallāh, Al-ḥamdulillāh, Allāhu akbar, tasbih, tahlil, yang secara umum diketahui masyarakat Islam dan tidak mengandung kerancuan makna.
Amalan yang Disusun oleh Ulama tetapi Tidak Bergantung pada Sanad Khusus
Ada bacaan wirid atau hizib yang disusun oleh ulama kontemporer atau tradisional, tetapi bukan dari sanad khusus. Banyak ulama mengatakannya boleh jika bacaan tersebut memiliki dasar atau setidaknya tidak bertentangan dengan sumber syariah.
Peran Keikhlasan dan Niat
Keikhlasan dalam mengamalkan amalan sangat penting. Allah menilai niat di balik tindakan. Jika amalan itu baik dan niatnya ikhlas, maka kemungkinan besar diterima, meskipun tanpa ijazah formal.
Kasus-Kasus Kontroversial dan Perhatian
Beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika berhadapan dengan amalan yang memerlukan atau tidak memerlukan ijazah:
1. Amalan yang Tersebar via Medsos Tanpa Sumber Jelas:
Beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika berhadapan dengan amalan yang memerlukan atau tidak memerlukan ijazah:
1. Amalan yang Tersebar via Medsos Tanpa Sumber Jelas:
Banyak wirid, hizib, doa yang beredar di WhatsApp, TikTok, YouTube, dll. Jika tidak ada guru yang credible atau sanad yang jelas, bisa muncul kerancuan makna atau bahkan terdapat praktik yang tidak sesuai syariah. Dalam artikel NU Online disebutkan bahwa boleh belajar lewat YouTube, asal guru dan sanadnya jelas.
2. Amalan dengan Unsur Tarekat / Suluk / Tasawuf:
2. Amalan dengan Unsur Tarekat / Suluk / Tasawuf:
Biasanya ini sangat bergantung pada guru dan sanad suci. Karena terdapat aspek spiritual dan pendidikan batin yang memerlukan pembimbing. Tanpa pembimbing, seseorang bisa salah tafsir atau tidak memahami maqam, adab, atau waktu wirid dengan benar.
Peleburan Tradisi dan Keirahat Pilihan Populer: Kadang amalan disalahpahami menjadi “ada ijazah = lebih afdhal” sehingga muncul tekanan sosial, membeli buku amalan untuk dapat ijazah, mengikuti acara tertentu bukan untuk belajar tapi hanya untuk mendapat ijazah. Ini bisa mengarah pada komersialisasi atau praktik tanpa pemahaman.
Potensi Penyalahgunaan dan Kerancuan Spiritual:
Peleburan Tradisi dan Keirahat Pilihan Populer: Kadang amalan disalahpahami menjadi “ada ijazah = lebih afdhal” sehingga muncul tekanan sosial, membeli buku amalan untuk dapat ijazah, mengikuti acara tertentu bukan untuk belajar tapi hanya untuk mendapat ijazah. Ini bisa mengarah pada komersialisasi atau praktik tanpa pemahaman.
Potensi Penyalahgunaan dan Kerancuan Spiritual:
Amalan tanpa bimbingan bisa memicu kesalahan dalam pemahaman, misalnya dalam arti dzikir, waktu, bacaan, bahkan keyakinan tumbuh yang menyimpang jika seseorang ikut-ikutan tanpa ilmu. Guru membimbing agar kita tidak terjerumus ke hal-hal yang batil.
Kesimpulan & Rekomendasi
Dari paparan di atas, dapat disimpulkan:
Ijazah tidak selalu diwajibkan untuk semua jenis amalan. Amalan yang sudah jelas secara syariah, yang tidak memerlukan teknik khusus, bisa diamalkan tanpa ijazah.
Namun, ijazah memiliki fungsi penting: menjaga sanad ilmu, membimbing agar amalan dilakukan dengan benar, menjaga kemurnian tradisi, serta meningkatkan kualitas spiritual dan keberkahan.
Kepentingan ijazah menjadi lebih besar jika amalan tersebut bagian dari tarekat, suluk, wirid khusus, hizib yang memerlukan adab khusus, atau jika amalan itu kurang dikenal/diperumit oleh soal bacaan, tatacara, waktu, dll.
Rekomendasi:
Kesimpulan & Rekomendasi
Dari paparan di atas, dapat disimpulkan:
Ijazah tidak selalu diwajibkan untuk semua jenis amalan. Amalan yang sudah jelas secara syariah, yang tidak memerlukan teknik khusus, bisa diamalkan tanpa ijazah.
Namun, ijazah memiliki fungsi penting: menjaga sanad ilmu, membimbing agar amalan dilakukan dengan benar, menjaga kemurnian tradisi, serta meningkatkan kualitas spiritual dan keberkahan.
Kepentingan ijazah menjadi lebih besar jika amalan tersebut bagian dari tarekat, suluk, wirid khusus, hizib yang memerlukan adab khusus, atau jika amalan itu kurang dikenal/diperumit oleh soal bacaan, tatacara, waktu, dll.
Rekomendasi:
- Kenali siapa guru atau pembimbingnya, apakah ia terpercaya, alim, memiliki sanad yang jelas?
- Pelajari isi dan makna dari amalan itu agar tidak asal membaca atau amalkan.
- Gunakan ijazah jika merasa perlu, terutama untuk wirid/hizib/spiritualitas yang mendalam; tapi jangan menjadikan ijazah sebagai syarat mutlak jika syarat-syarat keilmuan terpenuhi melalui sumber syariah.
- Hindari komersialisasi dalam mendapatkan ijazah atau amalan, jangan sampai niat untuk mendekat kepada Allah justru terhalang oleh praktek dunia.
Penutup
Amalan dalam Islam sangat beragam: ada yang sederhana, ada yang memerlukan pengkhususan. Ijazah adalah salah satu elemen yang menambah aspek legalitas, sanad, dan keberkahan. Namun, ia bukan satu-satunya jaminan bahwa suatu amalan diterima di sisi Allah SWT. Keikhlasan, kepahaman, dan niat yang benar tetap menjadi inti.
فَاعملُوا مَا تُقَدِّرُونَ عَلَيْهِ وَاسألُوا اللهَ أَنْ يُيَسِّرَهُ لَكُمْ وَأَنْ يُرِيحَكُمْ فِيهِ
Beramallah sesuai kemampuan kalian, dan mintalah kepada Allah agar Dia memudahkannya dan memberikan ketenangan dalam melakukannya.
(as)
#IjazahAmalan #SanadIlmu #AmalanIslam #Dzikir #Sholawat #Tasawuf #IjazahSpiritual #TradisiPesantren #Wirid
