Ramalan Al-Qur’an Tentang Bizantium: Fakta Sejarah, Bukti Ilmiah, dan Keajaiban Wahyu Ilahi
NUR AULIA, Jakarta - Sejarah mencatat bahwa Kekaisaran Bizantium pernah berada di ambang kehancuran total akibat serangan Persia. Namun, Al-Qur’an justru menubuatkan kebangkitan kembali Bizantium pada saat yang dianggap mustahil oleh logika manusia.
Fakta ini terekam dalam ayat-ayat awal Surat Ar-Ruum, yang bukan hanya mengungkap kemenangan Bizantium, tetapi juga menyingkap rahasia geografis yang baru terungkap oleh ilmu pengetahuan modern berabad-abad kemudian.
Konteks Turunnya Wahyu: Kekalahan Bizantium dan Cemoohan Kaum Musyrik
Ayat pertama Surat Ar-Ruum turun sekitar tahun 620 M, tujuh tahun setelah Bizantium menderita kekalahan telak dari Persia. Yerusalem jatuh, wilayah vital seperti Mesopotamia, Suriah, Palestina, Armenia, Mesir, hingga Cilicia dikuasai musuh. Kaisar Heraklius bahkan harus melebur emas-perak gereja demi biaya perang.
Bagi banyak orang kala itu, Bizantium hanya tinggal menunggu ajal. Bangsa Avar, Slavia, hingga Lombard menekan dari berbagai sisi. Situasi ini membuat bangsa Arab musyrik mencemooh kaum Muslimin. Mereka menganggap nubuat Al-Qur’an tentang kemenangan Bizantium hanyalah omong kosong yang tak mungkin terjadi.
Namun, Al-Qur’an dengan tegas menyatakan:
Kemenangan yang Mustahil Menjadi Nyata
Tujuh tahun setelah turunnya wahyu tersebut, tepatnya Desember 627 M, sejarah berbalik. Dalam pertempuran besar di Nineveh, pasukan Bizantium berhasil mengalahkan Persia secara mengejutkan.
Beberapa bulan kemudian, Persia dipaksa menandatangani perjanjian damai yang mewajibkan pengembalian seluruh wilayah yang telah direbut dari Bizantium. Fakta ini bukan hanya sekadar kemenangan politik-militer, melainkan juga penggenapan nubuat Al-Qur’an yang terbukti akurat, meski sebelumnya dianggap mustahil.
Rahasia Geografis: “Tempat Paling Rendah di Bumi”

Ayat ketiga Surat Ar-Ruum menyebutkan bahwa Bizantium dikalahkan di “Adnal Ardli”. Sebagian penerjemah mengartikannya sebagai “daerah yang dekat”, namun arti harfiah dari frasa tersebut adalah “tempat paling rendah di bumi”.
Sejarah mencatat, Bizantium memang kalah saat kehilangan Yerusalem, tepat di sekitar cekungan Laut Mati, wilayah pertemuan Palestina, Yordania, dan Suriah. Fakta modern membuktikan bahwa Laut Mati berada 395 meter di bawah permukaan laut, menjadikannya titik daratan paling rendah di bumi.
Yang menakjubkan, pengukuran topografi seperti ini mustahil diketahui pada abad ke-7. Pengetahuan semacam ini baru terungkap melalui teknologi geodesi modern. Namun, Al-Qur’an telah menyatakannya lebih dari 14 abad yang lalu.
Kebenaran Wahyu yang Tak Terbantahkan
Peristiwa ini memperlihatkan dua keajaiban besar dari Al-Qur’an:
Keduanya menunjukkan bahwa Al-Qur’an bukanlah hasil pemikiran manusia biasa, melainkan wahyu Ilahi yang penuh dengan kebenaran dan keajaiban ilmiah.
Konteks Turunnya Wahyu: Kekalahan Bizantium dan Cemoohan Kaum Musyrik
Ayat pertama Surat Ar-Ruum turun sekitar tahun 620 M, tujuh tahun setelah Bizantium menderita kekalahan telak dari Persia. Yerusalem jatuh, wilayah vital seperti Mesopotamia, Suriah, Palestina, Armenia, Mesir, hingga Cilicia dikuasai musuh. Kaisar Heraklius bahkan harus melebur emas-perak gereja demi biaya perang.
Bagi banyak orang kala itu, Bizantium hanya tinggal menunggu ajal. Bangsa Avar, Slavia, hingga Lombard menekan dari berbagai sisi. Situasi ini membuat bangsa Arab musyrik mencemooh kaum Muslimin. Mereka menganggap nubuat Al-Qur’an tentang kemenangan Bizantium hanyalah omong kosong yang tak mungkin terjadi.
Namun, Al-Qur’an dengan tegas menyatakan:
Telah dikalahkan bangsa Romawi di negeri yang terdekat. Dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang, dalam beberapa tahun (lagi). Bagi Allah-lah urusan sebelum dan sesudah (mereka menang).”
(QS. Ar-Ruum: 2–4)
Kemenangan yang Mustahil Menjadi Nyata
Tujuh tahun setelah turunnya wahyu tersebut, tepatnya Desember 627 M, sejarah berbalik. Dalam pertempuran besar di Nineveh, pasukan Bizantium berhasil mengalahkan Persia secara mengejutkan.
Beberapa bulan kemudian, Persia dipaksa menandatangani perjanjian damai yang mewajibkan pengembalian seluruh wilayah yang telah direbut dari Bizantium. Fakta ini bukan hanya sekadar kemenangan politik-militer, melainkan juga penggenapan nubuat Al-Qur’an yang terbukti akurat, meski sebelumnya dianggap mustahil.
Rahasia Geografis: “Tempat Paling Rendah di Bumi”

Ayat ketiga Surat Ar-Ruum menyebutkan bahwa Bizantium dikalahkan di “Adnal Ardli”. Sebagian penerjemah mengartikannya sebagai “daerah yang dekat”, namun arti harfiah dari frasa tersebut adalah “tempat paling rendah di bumi”.
Sejarah mencatat, Bizantium memang kalah saat kehilangan Yerusalem, tepat di sekitar cekungan Laut Mati, wilayah pertemuan Palestina, Yordania, dan Suriah. Fakta modern membuktikan bahwa Laut Mati berada 395 meter di bawah permukaan laut, menjadikannya titik daratan paling rendah di bumi.
Yang menakjubkan, pengukuran topografi seperti ini mustahil diketahui pada abad ke-7. Pengetahuan semacam ini baru terungkap melalui teknologi geodesi modern. Namun, Al-Qur’an telah menyatakannya lebih dari 14 abad yang lalu.
Kebenaran Wahyu yang Tak Terbantahkan
Peristiwa ini memperlihatkan dua keajaiban besar dari Al-Qur’an:
- Kemenangan Bizantium setelah kekalahan total, sesuai nubuat.
- Pengungkapan fakta geografis Laut Mati sebagai titik terendah di bumi.
Keduanya menunjukkan bahwa Al-Qur’an bukanlah hasil pemikiran manusia biasa, melainkan wahyu Ilahi yang penuh dengan kebenaran dan keajaiban ilmiah.
(as)
#AlQuran #SuratArRuum #NubuatAlQuran #Bizantium #
