Pawang Hujan Islami: Doa dan Dzikir di Tengah Pembangunan Gudang Modern di Ciater, Tangsel
NUR AULIA, Tangsel, 21 September 2025 - Tradisi Islami kembali hadir di tengah geliat pembangunan modern. Di kawasan Ciater, Tangerang Selatan, sejak 13 September hingga 21 September 2025, bersinergi unik antara aktivitas pembangunan gudang toko online dan offline dengan tradisi keagamaan: kehadiran pawang hujan Islami.
Sosok yang dikenal sebagai Bapak Ahmad, diminta oleh pemborong proyek untuk munajat kepada Allah agar cuaca tetap bersahabat selama proses perataan lokasi. Dengan melibatkan puluhan truk tanah, buldoser, hingga mesin woles besar, proyek pembangunan gudang ini membutuhkan kondisi lapangan yang stabil dan terhindar dari hujan deras.
Doa sebagai Benteng Pekerjaan
Dalam Islam, doa bukan sekadar ritual, melainkan energi spiritual yang diyakini dapat memengaruhi keberkahan sebuah ikhtiar. Karena hanya Sedekah dan do'a lah yang dapat merubah takdir.
Sinergi antara Tradisi dan Pembangunan
Perataan lahan yang berlangsung dari 13 hingga 21 September 2025 bukan perkara kecil. Puluhan unit alat berat bekerja tanpa henti. Truk-truk tanah keluar-masuk setiap jam, meninggalkan debu dan suara gemuruh mesin yang memenuhi udara Ciater.
Di tengah hiruk-pikuk itu, setiap ba'da sholat fardhu, Bapak Ahmad larut dalam tafakur. dalam lantunan dzikir, menghadirkan suasana teduh di lokasi proyek. Seolah menjadi pengingat bahwa di balik kecanggihan mesin, keberkahan tetap bergantung pada izin Allah.
Jejak Historis Pawang Hujan Islami
Praktik doa menahan hujan telah lama menjadi bagian dari tradisi Islam di Indonesia. Dalam kitab-kitab fiqih klasik bahkan terdapat amalan shalat istisqa’, shalat khusus memohon hujan atau juga dengan do’a untuk memohon pemindahan hujan, sesuai kondisi yang diinginkan umat.
Antara Langit dan Bumi
Hujan adalah rahmat, tapi di waktu tertentu bisa menjadi ujian. Pawang hujan Islami hadir sebagai jembatan doa, memohon agar rahmat Allah turun di waktu dan tempat yang tepat.
Proyek pembangunan gudang di Ciater menjadi saksi, bahwa di balik suara mesin berat dan lalu lalang truk, ada suara lirih doa yang menggema ke langit. Itulah harmoni antara ikhtiar duniawi dan spiritual, antara perencanaan manusia dan takdir Ilahi.
Pada akhirnya, pembangunan fisik tanpa doa hanyalah dinding kaku, sementara pembangunan yang disertai doa akan memancarkan keberkahan, menyejukkan, dan memberi manfaat luas bagi masyarakat.
Sosok yang dikenal sebagai Bapak Ahmad, diminta oleh pemborong proyek untuk munajat kepada Allah agar cuaca tetap bersahabat selama proses perataan lokasi. Dengan melibatkan puluhan truk tanah, buldoser, hingga mesin woles besar, proyek pembangunan gudang ini membutuhkan kondisi lapangan yang stabil dan terhindar dari hujan deras.
Doa sebagai Benteng Pekerjaan
Dalam Islam, doa bukan sekadar ritual, melainkan energi spiritual yang diyakini dapat memengaruhi keberkahan sebuah ikhtiar. Karena hanya Sedekah dan do'a lah yang dapat merubah takdir.
Pawang hujan Islami yang dipraktikkan Bapak Ahmad bukanlah praktik mistis atau klenik, melainkan lantunan doa, dzikir, dan shalawat yang dipanjatkan kepada Allah SWT.
Beberapa ulama besar di Nusantara pun menegaskan hal ini. Dalam berbagai acara besar, seperti Maulid Nabi, tabligh akbar, hingga pengajian akbar dengan doa dan dzikir untuk memohon pemindahan hujan sering dilaksanakan.
Beberapa ulama besar di Nusantara pun menegaskan hal ini. Dalam berbagai acara besar, seperti Maulid Nabi, tabligh akbar, hingga pengajian akbar dengan doa dan dzikir untuk memohon pemindahan hujan sering dilaksanakan.
Bukan untuk melawan takdir, tetapi untuk memohon keringanan dan rahmat dari Allah agar hujan dialihkan ke tempat lain, sementara acara atau pekerjaan dapat berlangsung lancar.
Tradisi ini juga menjadi bukti bahwa modernitas dan spiritualitas bisa berjalan beriringan. Pembangunan gudang modern di Ciater tetap disandarkan pada nilai religius yang melekat kuat dalam kultur masyarakat.
Tradisi ini juga menjadi bukti bahwa modernitas dan spiritualitas bisa berjalan beriringan. Pembangunan gudang modern di Ciater tetap disandarkan pada nilai religius yang melekat kuat dalam kultur masyarakat.
Sinergi antara Tradisi dan Pembangunan
Perataan lahan yang berlangsung dari 13 hingga 21 September 2025 bukan perkara kecil. Puluhan unit alat berat bekerja tanpa henti. Truk-truk tanah keluar-masuk setiap jam, meninggalkan debu dan suara gemuruh mesin yang memenuhi udara Ciater.
Di tengah hiruk-pikuk itu, setiap ba'da sholat fardhu, Bapak Ahmad larut dalam tafakur. dalam lantunan dzikir, menghadirkan suasana teduh di lokasi proyek. Seolah menjadi pengingat bahwa di balik kecanggihan mesin, keberkahan tetap bergantung pada izin Allah.
Salah seorang mandor proyek menuturkan, “Kami merasa lebih tenang. Setiap kali hujan mendung menggantung, doa dipanjatkan. Alhamdulillah, sering kali hujan turun di daerah sekeliling, tapi lokasi kami tetap terang dan kering. Ini membuat pekerjaan bisa terus berjalan sesuai jadwal.
Jejak Historis Pawang Hujan Islami
Praktik doa menahan hujan telah lama menjadi bagian dari tradisi Islam di Indonesia. Dalam kitab-kitab fiqih klasik bahkan terdapat amalan shalat istisqa’, shalat khusus memohon hujan atau juga dengan do’a untuk memohon pemindahan hujan, sesuai kondisi yang diinginkan umat.
Baca Juga :
Beberapa ulama besar Nusantara, seperti Buya Yahya hingga Ust. Adi Hidayat, dikenal menekankan pentingnya doa dalam menghadapi fenomena alam. Pawang hujan Islami tidak menggunakan benda-benda mistis atau jampi-jampi, tetapi sepenuhnya bersandar pada ayat-ayat Al-Qur’an, doa Nabi, dan dzikir yang diajarkan ulama.
Tradisi ini terus hidup hingga hari ini, menyesuaikan dengan zaman. Bahkan di tengah proyek pembangunan modern seperti gudang e-commerce di Tangsel, doa tetap menjadi fondasi spiritual.
Tradisi ini terus hidup hingga hari ini, menyesuaikan dengan zaman. Bahkan di tengah proyek pembangunan modern seperti gudang e-commerce di Tangsel, doa tetap menjadi fondasi spiritual.
Menjaga Keseimbangan: Dunia dan Akhirat
Fenomena ini memberikan pesan mendalam bagi masyarakat luas. Bahwa di era digital, ketika toko online dan offline tumbuh pesat, nilai spiritual tidak boleh ditinggalkan.
Fenomena ini memberikan pesan mendalam bagi masyarakat luas. Bahwa di era digital, ketika toko online dan offline tumbuh pesat, nilai spiritual tidak boleh ditinggalkan.
Pembangunan fisik hanyalah salah satu sisi, sementara keberkahan, ketenangan hati, dan ridha Allah adalah sisi lain yang jauh lebih penting.
Pawang hujan Islami ala Bapak Ahmad di Ciater menjadi contoh bagaimana Islam hadir bukan untuk menghambat pembangunan, melainkan memberi warna dan makna.
Pawang hujan Islami ala Bapak Ahmad di Ciater menjadi contoh bagaimana Islam hadir bukan untuk menghambat pembangunan, melainkan memberi warna dan makna.
Setiap doa yang dipanjatkan bukan hanya untuk melancarkan proyek, tetapi juga untuk mendoakan keselamatan pekerja, keberkahan rezeki pemilik usaha, serta manfaat bagi masyarakat sekitar.
Antara Langit dan Bumi
Hujan adalah rahmat, tapi di waktu tertentu bisa menjadi ujian. Pawang hujan Islami hadir sebagai jembatan doa, memohon agar rahmat Allah turun di waktu dan tempat yang tepat.
Proyek pembangunan gudang di Ciater menjadi saksi, bahwa di balik suara mesin berat dan lalu lalang truk, ada suara lirih doa yang menggema ke langit. Itulah harmoni antara ikhtiar duniawi dan spiritual, antara perencanaan manusia dan takdir Ilahi.
Pada akhirnya, pembangunan fisik tanpa doa hanyalah dinding kaku, sementara pembangunan yang disertai doa akan memancarkan keberkahan, menyejukkan, dan memberi manfaat luas bagi masyarakat.
Untuk Jasa kami hubungi : Click disini
(as)
#PawangHujan #Dzikir #Doa #IslamNusantara #Tangsel #PembangunanBerkeadaban #GudangCiater