Potensi Manusia: Dari Akal, Fisik hingga Ruhani yang Sering Terabaikan
NUR AULIA, Jakarta - Dalam perjalanan sejarah manusia, potensi diri selalu menjadi motor penggerak peradaban.
Akal, fisik, dan ruhani adalah tiga dimensi yang dimiliki setiap insan.
Namun, tidak semua orang mampu mengembangkannya secara seimbang.
Sebagian besar fokus pada potensi akal dan fisik, sementara potensi ruhani sering kali terabaikan, bahkan dipandang sebelah mata.
Potensi Akal: Melahirkan Ilmuwan dan Peradaban Baru
Manusia dengan potensi akal yang dikembangkan mampu melahirkan berbagai penemuan luar biasa.
Potensi Akal: Melahirkan Ilmuwan dan Peradaban Baru
Manusia dengan potensi akal yang dikembangkan mampu melahirkan berbagai penemuan luar biasa.
Siapa sangka, ide tentang jaringan internet yang kini menjadi nadi peradaban modern akan dianggap gila jika diucapkan pada abad ke-18 atau ke-19?
Begitu pula kecanggihan laptop, wifi, hingga teknologi bluetooth yang saat ini menjadi hal lumrah, dulunya tak terbayangkan.
Kekuatan akal membawa manusia melintasi batas-batas imajinasi. Dari mesin uap, listrik, pesawat, hingga teknologi kecerdasan buatan, semua lahir dari upaya manusia menggali potensi pikirannya.
Kekuatan akal membawa manusia melintasi batas-batas imajinasi. Dari mesin uap, listrik, pesawat, hingga teknologi kecerdasan buatan, semua lahir dari upaya manusia menggali potensi pikirannya.
Tanpa akal yang dikembangkan, peradaban akan berhenti di satu titik dan manusia tak akan pernah mengalami kemajuan.
Potensi Fisik: Mencetak Atlet yang Melampaui Batas Tubuh
Potensi Ruhani: Anugerah yang Kerap Terabaikan
Menyadari dan Menggali Potensi Tiga Dimensi
Di sisi lain, ada manusia yang memilih mengembangkan potensi fisiknya. Para atlet dunia menjadi bukti bagaimana tubuh manusia dapat mencapai prestasi yang nyaris mustahil bagi orang awam. Bayangkan kecepatan 9,8 detik dalam lari 100 meter, hal yang tampak mustahil dilakukan orang biasa, namun nyata dicapai oleh atlet profesional.
Begitu pula di lapangan sepak bola, mustahil bagi kesebelasan kampung untuk menaklukkan tim besar dunia seperti Jerman atau Spanyol.
Begitu pula di lapangan sepak bola, mustahil bagi kesebelasan kampung untuk menaklukkan tim besar dunia seperti Jerman atau Spanyol.
Tetapi bagi tim profesional yang dilatih dan ditempa dengan disiplin, kemenangan itu bukanlah hal yang tak mungkin.
Potensi fisik, jika digarap dengan serius, dapat membawa manusia menguasai panggung olahraga dunia.
Potensi Ruhani: Anugerah yang Kerap Terabaikan
Namun ada satu potensi manusia yang sering kali luput dari perhatian, yaitu potensi ruhani.
Dalam ajaran Islam, potensi ini dikembangkan oleh para ulama tasawuf dan thariqah.
Mereka bukan hanya beribadah pada level kewajiban syariat, tetapi melampauinya dengan amal khariqul ‘adah, amal ibadah yang melebihi batas umum manusia.
Dari proses inilah lahir para wali Allah (Auliya’), yang dengan izin-Nya, dianugerahi kemampuan khariqul ‘adah. Mampu berada di dua tempat dalam satu waktu, mengetahui niat orang sebelum ia bicara, atau bahkan mengetahui peristiwa yang belum terjadi.
Dari proses inilah lahir para wali Allah (Auliya’), yang dengan izin-Nya, dianugerahi kemampuan khariqul ‘adah. Mampu berada di dua tempat dalam satu waktu, mengetahui niat orang sebelum ia bicara, atau bahkan mengetahui peristiwa yang belum terjadi.
Bagi sebagian orang, hal ini terdengar khurafat dan tak masuk akal. Namun bagi para Auliya, itu bukan tujuan, melainkan anugerah dari Allah sebagai buah dari penyucian ruhani dan kesungguhan dalam ibadah.
Contoh sederhana, shalat tahajud bukanlah kewajiban bagi umat Islam.
Contoh sederhana, shalat tahajud bukanlah kewajiban bagi umat Islam.
Tetapi bagi para wali, tahajud dipandang sebagai kebutuhan pokok yang tak bisa ditinggalkan.
Sementara sebagian orang menganggap ghibah hanya dosa kecil ketika diucapkan, para Auliya bahkan menganggap lintasan ghibah di hati saja sudah dosa besar yang harus dihindari.
Menyadari dan Menggali Potensi Tiga Dimensi
Dunia modern sering kali hanya mengukur kesuksesan dari potensi akal dan fisik. Padahal, dimensi ruhani adalah pondasi utama yang dapat menjaga keseimbangan hidup manusia.
Tanpa ruhani yang kuat, ilmu dan fisik bisa saja membawa pada kesombongan dan kehancuran.
Maka, tugas manusia sejati adalah menggali ketiga potensi ini secara seimbang.
Maka, tugas manusia sejati adalah menggali ketiga potensi ini secara seimbang.
Akal untuk berinovasi, fisik untuk menguatkan, dan ruhani untuk menuntun.
Dengan begitu, manusia tidak hanya maju dalam peradaban, tetapi juga mulia di hadapan Allah.
Wallahu A’lam bishshawab.
Wallahu A’lam bishshawab.
(as)
#PotensiManusia #Tasawuf #IlmuDanRuhani #AkalFisikRuh #WaliAllah #KhariqulAdah #SpiritualitasIslam
